Apakah perasaan bisa dikatakan? Seperti apa perasaanmu padaku? Atau bagaimana menjadi Anda? Apakah perasaan itu? Salahkah bermain-msin dengan perasaan? Atau, apakah kita telah kehilangan perasaan?
Perasaan apa yang muncul saat menonton sebuah pertunjukan teater, Obscur? Sebuah presentase keaktoran dari Roy Julian (Kantor Teater) , Minggu (28/3/2021) membuat perasaan kita seperti kehilangan bentuknya.
Roy seperti ingin mengajak kita untuk mengembalikan perasaan-perasaan kita yang hilang. Kembali mengembalikan empati pada nilai-nilai kemanusiaan kita. Roy juga sepertinya ingin mengetuk kesadaran kita, supaya kembali peka terhadap simbol-simbol yang diberikan Tuhan pada kita. Selalu bersyukur, jujur pada hati nurani, dan rasa berterimakasih.
Pada akhir pertunjukan Roy mengajak penonton untuk bersyukur dengan puluhan bahasa yang berarti terimakasih. Berterimakasihlah diri sendiri.
Memang saat menonton Roy yang bermain dengan banyak simbol-simbol itu, memberi perasaan yang sulit untuk kita terjemahkan. Apakah perasaan itu? Apakah perasaan itu membuat kita bahagia, terharu atau bertanya-tanya.
Seperti pertunjukan sebelum-sebelumnya kekuatan pertunjukan Roy yang bergabung di Kantor Teater ini, adalah teks-teksnya yang kuat. Teks-teksnya itu mampu menyihir, menggerakkan perasaan, menyodok, mengantarkan penonton pada sesuatu yang barangkali menimbulkan kenang- kenangan, lincah, sarkas, satir, indah srperti puisi atau kata-kata bijak.
Kata-kata itu bukan sebuah dialog yang pendekatan pengucapannya dengan akting realis. Akting yang mengandalkan ekspresi belaka. Tetapi menjadi harmonis jika bergerak dengan media- media pendukung. Roy biasanya akan menggunakan media - media yang ada disekitar tempat dia bermain saja.
Malam itu media yang digunakan Roy seperti sapu lidi, helm warna merah, meja dan kursi. Aktor Teater yang sudah berpengalaman ini, menggelar pertunjukan nya di halaman Nomaden Kafe, di Jalan Garu 2B No 56 Medan.