GENJER-GENJER DALAM IMPROVISASI

Jumat, 16 April 2021 06:23 WIB

Share
GENJER-GENJER DALAM IMPROVISASI

Sudah duapuluh ribu tujuh ratus kematian. Kita masih saja bermain dadu. Seperti penjudi paria mempertaruhkan harapan yang dicuri dari Don Quixote kapiran. Sambil menunggu.

Ada yang tersesat di lorong kemungkinan, karena salah
menilik berita: "Ya, Tuhan, pancaroba ini sungguh membingungkan!"
Orang-orang memanjat tangga
ke segala arah. Tubuh-tubuh tak berdarah. Membaca nujum.
Menafsir nubuat. Alih-alih mencegat masa depan, malah bersirobok dengan dinding ratapan. Kabar sahabat dan sejawat. Dengung kamp konsentrasi.

Dikelabui kabut waktu, kita menggigil dan kelaparan. Bersembunyi bagai buronan. Dari ketakterdugaan, penjagal tak dikenal. Orang-orang mendaras sisilah leluhur. Di dalam cangkang. Artefak yang retak dan berjamur. Menggali endapan. Menghisap oksigen penghabisan.

"Tapi tahun-tahun segera menjadi usang", ujar seseorang. Ya, sudah duapuluh ribu tujuh ratus kuburan. Angka-angka berkejaran. Menyeringai seperti hantu. Berlompatan. Membuat tanda di pintu-pintu. Di temaram lampu jalan.

Mari bergenggaman. Kita berdiang, menghangatkan kesadaran. Mendekatlah ke perapian. Atau nyanyikan Humoresque dengan Genjer-genjer, dalam improvisasi riang. Membiarkan airmata tergenang.

Seduh sepoci teh. Reguk seteguk-seteguk, sampai arwahmu menari menyiasati hukum gravitasi. Seperti bintang-bintang mengitari galaksi.
Pangkaslah akar, gerumbul syahwat
yang menyesaki tembikar
Penuhi tanah gembur ke ceruk jiwa yang rapuh. Luangkan pori bagi nutrisi dan hara.

Kita rengkuh syukur dengan mengeja epifani pada yang tersia.
Mencari biji. Menyemai roti.
Menghormati segala yang bersahaja. Kembali seperti manusia purba. Menulisi tembok gua. Melukis rusa, burung, rasi Orion dan Casiopea. 

“Mungkin sebaiknya kita menanam bunga. Menyemai mawar, adenium, dan sayur mayur,” seseorang menegur.

Ya. Kembalikan penanggalan kepada matahari, karena sudah tak ada lagi yang sama. Waktu segera mengabu, sementara kita termangu. Temuilah segera pemangkas rambut. Bersahabatlah dengan penjual es krim rasa cokelat, stroberi, atau vanila. Serahkan kepada para pemulung, segala yang kusut, murung, dan tak berguna.

Halaman
Reporter: Ayubbadrin
Editor: Admin Sumut
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler